"Kenangan
manis di Soeta"
Ngatuk
mulai menjalar di mataku, Peserta lain tak jauh beda. Ada yang mencari-cari
permen untuk mengurangi kantuk. Ada yang membolak balik buku, memutar pulpen,
bahkan ada yang sempat-sempatnya memotong kuku yang lupa dipotong jum'at
kemarin sehingga sudah kehitam-hitaman.
Sementara
itu, Ibu Sri terus melanjutkan tugasnya sebagai pembicara dihari pertama diklat
kami di UI Jakarta. Samar-samar aku teringat sosok cewek manis dengan senyumnya
yang malu-malu.
Subuh
senin aku sudah mandi, siap-siap untuk melaksanakan apel gabungan di lapangan
Pemkab Sidoarjo yang berjarak hanya 5 menit dari kosku. Tapi alangkah kecewanya
aku karena mendapati hujan gerimis yang tak kunjung reda.
Jam
sudah menunjukkan pukul 8 pagi, sambil hujan-hujanan nekat kularikan motorku
menuju kantor.
Tak
biasanya sepagi ini aku sudah nongkrong dikantor, ini karena sore ini aku
dengan dua orang temanku Mas Nur dan Pak Arif akan terbang ke Jakarta untuk
mengikuti Diklat Keuangan dan Aset Daerah selama tiga hari, untuk itu aku harus
menyiapkan semua keperluan dan memastikan tidak ada yang tertinggal.
Surat
menyurat sudah lengkap, tiket pun sudah dibeli. Garuda Indonesia, jam 6 sore.
Jam 4
sore kami sudah berkumpul di kantor, tak begitu lama mobil yang akan
mengantarkan kami ke bandara datang. Aku langsung membanting tubuhku dikursi
belakang.
Mobilpun
melaju kencang, membelah jalanan kota Surabaya yang masih basah seusai hujan.
"Astagfirullah...kita
sudah terlambat" kata pak Arif memecah kesunyian.
"mana
mungkin pak, ini kan masih jam 4" sahutku.
Pak
Arif segera menyerahkan lembaran tiket kepadaku.
Ternyata
kami yang lupa mengecek ulang jam keberangkatan kami. Alhasil, setiba di
Bandara Juanda, dugaan kami benar "Pesawatnya sudah take off lima menit
yang lalu mas" kata Petugasnya padaku.
Dengan
langkah gontai kami terpaksa keluar untuk membeli tiket yang baru,
Alhamdulillah masih ada pesawat yang akan berangkat ke Jakarta sore ini. Tak
seberapa lama menunggu, kamipun dipersilahkan untuk menaiki pesawat. Para
penumpang masih berdesak-desakan ketika kami sudah sampai di seat 28, no
kursiku, Mas Nur dan Pak Arif. Terlihat beberapa Pramugari membantu penumpang
menyimpan barang bawaan dan beberapa yang membantu mengeratkan sabuk pengaman.
Ketika pesawat tinggal landas beberapa Pramugari mulai
berbaris sambil memegang alat peraga. Kali ini aku tidak terlalu memperhatikan
mereka, karena sedari tadi aku sibuk memperhatikan seorang Pramugari yang
berada dibelakang layar..hehe..maksudnya dibelakang gorden pembatas ruangan.
Wajahnya sederhana, namun tidak bosan dilihat. Senyumnya yang khas mengundangku
untuk selalu menikmatinya.
Sepertinya dia adalah Pramugari baru di Maskapai
Penerbangan ini, terlihat jelas dari tangannya yang gemetar saat memegang
sebuah contekan yang sedang dibacanya.
"Untuk membuka sabuk pengaman, angkat tumpukan
besi" ucapnya yang tetap samar-samar ditelingaku.
Aku terus memperhatikan gerak geriknya, tanpa sengaja
mata kami beradu pandang, dia terlihat gugup dan sempat ada kesalahan
pengucapan, karena itu dia segera menyembunyikan diri dibalik gorden.
"Tiba diriku, dipenghujung mencari cinta
Diri ini tak lagi sepi, kini...aku tak sendiri.."
Terngiang-ngiang lagu yang dinyanyikan
Pasha dengan istrinya yang mantan seorang Pramugari.
"Apakah awal pertemuan mereka juga seperti
ini?" pikirku.
Aku terus melamun sambil tersenyum...Pesawat sudah melaju
ke langit kota Jakarta.
"Setelah selesai menganalisis dan memasukkan kedalam
jurnal, yang selanjutnya harus kita lakukan adalah memposting ke buku
besar", suara ibu Sri kembali jelas terdengar membuyarkan lamunanku.
Ah... gadis manis itu, entah kapankah bisa bertemu lagi.
Masih jelas dalam ingatanku, dia mengantarkanku sampai ke
pintu pesawat dan memperhatikanku yang semakin menjauhi menuju terminal Bandar
Udara Soekarno Hatta.
Surabaya,
Oktober 2012
0 komentar :
Posting Komentar