Pages

Assalamualaikum... Selamat datang di duniaku, enjoy my blog

Minggu, 15 September 2013

Cerita Cinta Andini

CERITA CINTA ANDINI

Ku tatap langit-langit kamarku, Hmm.. masih seperti satu bulan yang lalu. Bantal dan gulingku juga, masih seperti satu bulan yang lalu, tidak ada yang berubah. Tampak ada bekas coretan pena di salah satu sisinya, inisial nama seseorang.
Di suatu sudut yang kusisakan untuknya, ternyata masih seperti satu bulan yang lalu, kosong. Kau berkata bahwa pertengahan bulan yang akan datang, kau akan menemaniku disini, tapi malam ini ternyata aku masih sendiri, dalam kekosongan.

Tak terasa air bening menetes dipipinya, Andini menyapu dengan lembut. Diteruskannya membaca alur cerita romantis dari sebuah akun fb, sambil sesekali matanya menerawang ke balik angin-angin jendela kamarnya, mencoba menangkap remang-remang cahaya bulan.
Ditariknya nafas panjang, dicobanya sekali lagi untuk tersenyum.

Pagi ini Andini ada janji dengan konsultan, untuk membicarakan tentang proyek baru di perusahaan tempatnya bekerja. Posisi barunya, mengharuskan dia untuk rutin berkonsultasi agar semua langkah pekerjaan bisa berjalan lancar dan PR diakhir tahun, mungkin akan benar-benar membuatnya stress.

“Aku nggak mau kau menerima tawaran itu, usahakan dulu jangan sampai mereka berhasil memaksamu”

Sangat jelas dalam ingatan Andini, ketika dulu seseorang dimasa lalunya benar-benar marah jika ia menerima posisi ini. Tapi sekarang dia terjepit, sangat tipis kemungkinan untuk tidak berada disini, walau sesungguhnya, hatinya pun menolak dengan keras. Namun realitas berhasil mengalahkan keteguhan hatinya.
Sepanjang jalan menuju kantor konsultan, Andini terus menekuri jalan itu, jalan yang sering dilaluinya dengan hati bergetar tak jelas. Ya, Andini mungkin akan bertemu dengan Bayu hari ini. Gedung yang ditujunya adalah juga gedung yang sama 2 tahun yang lalu, tempat pertama kali mereka bertemu.
“Din, itu Bayu kan?” Tanya Rani mengagetkan.
“Mana?
Sebuah mobil sedan hitam berpapasan dengan mereka, tepat di pintu gerbang gedung yang mereka tuju.
“Iya Ran, itu Bayu”
“Mau kemana dia, nggak kangen sama kamu?”
“Mungkin ada janji sama klien”.
Rani memarkir mobilnya ditempat biasa, mereka berjalan memasuki lorong panjang sebuah gedung perkantoran. Tidak susah mencari ruangan Pak Ilham, diujung lorong lantai satu itulah tempatnya.
“Selamat pagi” ucapnya
“Pagi.. hai, bu Andini” pak Ilham segera berdiri, mengisyaratkan kepada OB untuk mengambilkan dua  buah kursi dan kemudian mempersilahkan keduanya untuk duduk.
Andini mengedarkan pandangan keseluruh ruangan. Rupanya sudah terjadi perubahan besar disini. Posisi duduknya sudah tidak seperti satu bulan yang lalu. Sebagian meja dihiasi dengan tanaman mungil, dengan warna khas kesukaan Bayu, hijau. Apakah ini ide Bayu? Sepertinya dia mencoba untuk menghilangkan kenangan kami disini.
Andini berpaling menghadap dinding di belakangnya. Kertas itu pun sudah tidak ada. Sebuah kertas kecil yang dulu menempel disitu, penggalan kalimat yang terus memotivasinya hingga kini, yang diarsir dengan warna kesukaan Andini, biru dan kuning.
Namun bukan itu yang mengusik perasaannya, yang ada dipikirannya kini adalah kenapa Bayu tak menghiraukannya ketika mereka berpapasan di gerbang tadi? Mengapa Bayu pergi padahal dia tahu akan kedatangan Andini?. Andini ingin protes dan secepatnya menelpon Bayu, tapi segera niat itu diurungkannya.

“Bagaimana bu, apa yang bisa saya bantu?” tanya pak Ilham memulai pembicaraan. Andini tersenyum sambil menyerahkan berkas-berkas yang sedari tadi dipangkunya kepada Rani. Dia ingin keluar, menghirup udara segar.
Perpisahan ini, bukan keinginan kita, aku yakin, inilah takdir Yang Maha Kuasa. Maafkan aku Bayu, bukannya aku memutuskan silaturrahim denganmu, tapi aku takut, benteng yang sekarang sudah sedikit-sedikit aku bangun, akan hancur lagi jika kita terus berkomunikasi. Biarlah semua tanda tanya ini menguap seiring bergantinya hari, bulan dan tahun. Sekali lagi, maafkan aku.


15 September 2013

0 komentar :