Pages

Assalamualaikum... Selamat datang di duniaku, enjoy my blog

Sabtu, 26 Oktober 2013

Fahri

'Kamu sudah beli kabel antena La?' tanya Mbak Wina mengejutkanku.
'Astagfirullah, aku lupa lagi Mbak, ntar malam ya, sekalian mau ke atm’. Aku jadi merasa tidak enak, soalnya sudah dua hari ini aku kelupaan untuk membeli kabel itu.
Mbak Wina bekerja disebuah perusahaan swasta, karena itu setiap hari pulangnya sore. Dan celakanya hari ini aku lupa lagi membeli kabel untuk antena tv kami, yang baru akan disambungkan alias  numpang dengan antena tetangga sebelah. Maklum anak kos, maunya irit tenaga dan irit biaya. Sebelumnya kami menggunakan tv berlangganan, tapi karena jarang ditonton, akhirnya kami putuskan untuk berhenti berlangganan. Walhasil, kemarin aku mengungkapkan keinginan untuk nebeng dengan antena tetangga sebelah.
Ba'da magrib aku bergegas mengenakan gamis katun kuning dan jilbab krem bermotif garis-garis hijau favoritku. kusambar kunci mio yang nongrong manis diatas kulkas.
'Mau aku temenin La?'
'Ga usah Mbak, aku sebentar aja kok, deket juga'
'Hati-hati ya'

Beberapa menit kemudian aku sudah berada diatas jalan raya. Roda motor mioku berputar sangat cepat. Aku sengaja ngebut. Aku sangat jarang keluar malam, kecuali untuk hal yang sangat mendesak, seperti malam ini.
'Kabel untuk antena ada koh?' tanyaku pada koh Ahong
'Ada, berapa meter?' jawabnya ramah
'Lima belas meter ada koh?’
'Ada, nih' jawab koh Ahong sambil memperlihatkan kabel yang aku minta.
'Berapa?'
'Lima belas ribu’
kurogoh uang sepuluh ribu dan lima ribuan dari dalam saku. Setelah menyerahkan uang dan mengambil barang yang kubeli, akupun segera balik arah.
Diarah jalan pulang, tak lupa aku mampir di atm. Persediaan sudah mulai menipis. Aku memang jarang menyimpan banyak uang di dompet, menurutku lebih aman dan nyaman menyimpannya di bank, apalagi sekarang atm ada dimana-mana.
Masuk ke halaman sebuah bank, mataku tertuju pada dua buah mobil yang terparkir persis didepan atm, Toyota Avanza dan sebuah Grand Livina. Aku memarkir motorku diantara kedua mobil itu. Ada dua orang di dalam ruang atm, suami istri, tepatnya tiga orang bersama anak mereka yang masih balita. Sungguh sebuah keluarga harmonis idamanku. Betapa tidak, sudah lama aku mendambakan sebuah keluarga seindah itu, kemana-mana selalu bersama. Namun untukku, terbayang pun belum, yang ada sekarang hanya pekerjaan menumpuk yang tak pernah ada habisnya, terus berputar seakan tanpa ujung.
Tiba-tiba mataku tertuju pada seseorang yang sedang bersandar pada Grand Livina. Sesaat aku tak bergeming, aku takjub dan kagum akan pemandangan yang kulihat. Hanya satu kata terucap dalam hati 'Subhaanallaah'.
Pemandangan dihadapanku kini adalah seorang pemuda memakai hem cokelat panjang hampir mencapai lutut, celana kain semata kaki, sendal celup khas bapak-bapak dan tak ketinggalan sebuah peci berwarna abu-abu.
Didagunya menyembul janggut yang tertata rapi. Perawakannya kurus tinggi mengingatkanku pada sosok Fahri di film Ayat-ayat Cinta, salah satu film favoritku.
Sepasang suami istri tadi cukup lama didalam atm. Jika kuperhatikan sempat beberapa kali mengeluarkan dan memasukkan kartu atmnya, mungkin terjadi kesalahan. si Fahri pun masih tenang menunggu antrian. Sesekali aku mencuri pandang kearahnya, namun dia hanya menunduk menekuri tanah, tak sedikitpun terusik oleh kehadiranku. Ah laki-laki yang beda. Sudah tiga tahun aku tinggal dikota ini, namun baru kali ini aku melihatnya.
Tak lama kemudian sepasang suami istri pun keluar. Sang istri tersenyum ramah padaku dan dengan seketika mereka menghilang dari hadapanku.
si Fahri bergegas masuk. Entah perasaan apa yang menggelitikku untuk melihat plat mobilnya. Perlahan selangkah demi selangkah kaki ku mundur, kepalaku melongok mengintip bagian belakang mobil, ku baca gigi. ya, nomor plat mobilnya 9191. hahaha, ternyata dia punya selera humor yang cukup bagus.
Si Fahri tak lama dalam atm, begitu keluar dia segera masuk dan mengemudikan mobilnya meningglkan aku yang masih terkagum-kagum atas pemandangan unik yang baru saja kutemui. Kukatakan unik, karena kupikir aku sudah jarang menemukan anak muda dengan dandanan ala Ayat-ayat Cinta dan KCB. Apalagi ini Bali, tentu yang sering kelihatan adalah bule-bule yang dandanannya semau mereka. Itu kenyataan yang benar benar nyata.
Aku masuk dalam ruang atm, memencet tombol-tombol di keyboard atm sambil senyum-senyum. Senyum absurd, hehe.


'Assalamualaikum...'
'Waalaikum salam' sahut Mbak Wina.
'Ada kabelnya La?'
'Alhamdulillah ada Mbak' sahutku sambil menyerahkan kabel yang kubawa kepadanya.
Tiba-tiba hp ku berbunyi, seorang teman lama menelponku 'Assalamualaikum La, apa kabar?'
'Alhamdulillah baik Rob'
'Syukurlah, Alhamdulillah aku sekeluarga juga sehat'
'Begini La, ada teman kuliahku dulu sewaktu di S1 yang baru mutasi ke kantor barunya di Denpasar'
'Oh ya, kerja dimana?'
'Di NGO yang khusus mengurusi masyarakat miskin, dia sangat menyukai pekerjaannya karena bisa membantu orang-orang yang kurang beruntung'.
'Trus'
'Umurnya baru dua puluh lima tahun, tapi orang tuanya sudah mendesak untuk menikah. Karena kesibukan pekerjaan, dia jadi tidak sempat bergaul. Dia minta tolong kepadaku untuk mencarikan seseorang untuk dilamarnya sebagai istri. Kriterianya ga neko-neko, baginya yang penting shalihah. La, aku rasa kamulah orangnya.'
'Kok bisa?' kujawab ragu.
'Iya La, aku kenal dia sejak awal dia masuk asrama. Aku bisa tau wanita seperti apa yang akan cocok dengannya. Oh iya, dia juga sudah tau sedikit tentang kamu. Salah seorang teman Liqonya juga merekomenasikan namamu kepadanya. Namanya Pak Mustofa. Kamu kenal dia La? katanya satu kantor denganmu.'
"Tentu aku kenal Rob, dia bosku'
'Jadi gimana La, apa kamu terima? Kenalan dulu deh' 
'Oke akan kucoba, tapi aku ga bisa janji, kamu kan tau kisahku Rob'
'Ya, aku percaya kamu bisa dan aku yakin bahwa kalian akan cocok. Sip La, tunggu kabar selanjutnya ya. Assalamualaikum'.


Jujur sampai hari ini aku belum siap untuk membuka hati lagi setelah kegagalanku tahun lalu.
'Bagaimana kalau dia ku perkenalkan saja dengan Mbak Wina?' Pikirku.
'Kalau urusan ibadah, kita harus mendahulukan diri kita' begitulah kira-kira kalimat Azam yang sedang menasehati Hafiz di film KCB yang seolah-olah sedang menasehatiku.
Bunyi sms masuk dari Hp membuyarkan lamunanku. 'La, aku sudah memberitahunya, dia akan menemuimu besok ba'da asar dikantin sebelah kantormu, apa kamu bisa?'
'Insyaalah Rob, aku bisa'.
'Dia akan cocok denganmu La, aku yakin'.
Klik, kututup hp dengan perasaan tak karuan. Ada apa sih, inikan perkenalan biasa, akan sama saja seperti perkenalan-perkenalan sebelumnya. Ya aku memang seringkali dijodoh-jodohkan teman-teman yang menginginkan aku segera menikah menyusul mereka. Harapan yang bagus dan pastinya itu juga harapanku. Namun sampai hari ini aku belum menemukannya, laki-laki yang benar-benar cocok dan nyambung denganku.
'Dia akan cocok denganmu La, aku yakin'. Kuulang lagi membaca kalimat ini. Kenapa Roby bisa begitu yakin?. Aku jadi penasaran dengan dia. Oh iya, aku lupa menanyakan namanya pada Roby.


Pagi hari berjalan seakan lambat. Toko-toko disepanjang jalan masih buka seperti biasa menawarkan barang jualannya. Bule-bule hilir mudik disepanjang trotoar. Sekilas tidak ada yang berubah disini, tapi kenapa aku merasa ada yang lain?. Entahlah.
Azan Ashar berkumandang. Bergegas aku mengambil wudhu, aku larut dalam sujud panjang.
Kali ini kukenakan gamis hijau lumut, kupadu dengan kerudung warna senada.
Bismillah.. aku berangkat menuju kantor yang hanya berjarak dua kilometer dari kost ku.
Aku mengambil kursi agak didepan. Kuputar pandangan, namun tak ada satupun tamu laki-laki yang memakai baju berwarna biru langit. Juga tak ada mobil berwarna perpaduan hitam dan putih ditempat parkir.
Dari arah lain diluar halaman, aku melihat sebuah mobil yang sepertinya sudah tak asing bagiku sedang mendekat dan masuk ke halaman. Gigi, tepatnya DK 9191 KU.
Deg, jantungku berdetak lebih kencang ketika menyadari warna bagian bawah mobil itu adalah putih dan bagian kapnya berwarna hitam. Masyaallah.. ucapku terbata-bata.
Klik, pintu mobil terbuka, keluarlah seorang berperawakan kurus tinggi, dengan jenggot yang rapi dan hem berwarna biru langit. Subhanallah.., benarkah ini ya Allah?.
Wajahnya cerah, dari jauh aku melihat senyumnya yang terkembang.
Masih... orang-orang masih hilir mudik disekitarku, namun kini semua seperti slow motion.. lambat dan sangat lambat.
Assalamualaikum, anda yang bernama Nafilah?' tanyanya ramah.





                                                                       Pelaihari, 05 Oktober 2013