Allahuakbar...!! Allahuakbar...!!!
Gema takbir lantang berkumandang, suara zikir semakin jelas terdengar, doa-doa dipanjatkan bahkan suara azan pun
terdengar. Seorang gadis menangis tertahan agar tidak menambah panik penumpang
yang lain. Akupun hanya bisa beristigfar, memohon ampun pada Penciptaku. Dalam
zikir, wajah ibu selalu muncul, aku banyak salah kepada ibu, sering menyakiti hatinya,
membebani pikirannya.
Sesekali ku lirik Mbak Anti, tangannya erat bersedekap,
matanya rapat dan mulutnya tak berhenti komat kamit. Seorang bapak disamping
kananku, tepat disisi jendela tetap
tenang menatap lurus kelangit-langit, tangannya bergerak-gerak tak beraturan.
Suara gemuruh itu datang lagi, badan pesawat terombang
ambing, bergetar hebat kekanan dan kekiri. sesekali aku merasa pesawat sedang
terjun bebas, terasa melayang seisi perut, namun tak lama badan pesawat
perlahan naik dan kembali tenang. Suara zikir dan doa-doa terus terdengar.
Tanganku basah, kakiku kaku, aku menggigil ketakutan. Dalam gelap aku menangkap
kilatan cahaya lampu pesawat yang sedang mencoba menerobos awan hitam
disekelilingnya.
"Ya Allah... inikah caraku meninggalkan duniaMu?"
sekilas terbayang wajah kedua orangtua yang tadi sore melepas kepergianku.
"Apakah itu akan menjadi kali terakhir pertemuanku
dengan mereka?" hatiku menjerit seakan tak rela. Aku belum bisa membahagiakan mereka.
Ya, aku belum bisa memenuhi keinginan ibuku, permintaan yang akhir-akhir ini
sering terucap dari mulutnya, permintaan yang jika terwujud mungkin akan
mengurangi beban pikirannya.
Menikah. Itulah keinginan ibuku saat ini. Ibu sangat ingin agar aku
segera menikah. Tapi aku tidak punya target kapan harus menikah. Selama ini aku
percaya bahwa setiap makhluk didunia ini diciptakan berpasang-pasangan.
"laki-laki baik untuk wanita yang baik, wanita baik untuk laki-laki yang baik.
Begitu juga sebaliknya". Tapi kapan dan dimana, itu yang masih menjadi
rahasia Illahi.
Kutahan airmata yang hampir meleleh. Kutarik nafas
dalam-dalam "Ya Rabb, ampuni
dosa-dosaku. Aku pasrah" jeritku sambil terus berzikir.
Setengah jam sudah pesawat kami berputar-putar dalam gelap.
Sebentar naik sebentar turun, penumpang pesawat masih diselimuti ketakutan.
Perlahan-lahan getaran dipesawat mulai berkurang, sepertinya pilot sudah
berhasil menemukan koordinat yang tepat untuk mendarat.
Lampu-lampu rumah dan jalanan terlihat membesar. Benar
dugaanku, pesawat sebentar lagi akan landing. Jantungku mulai tenang. Ketika
ban belakang pesawat mulai menyentuh tanah, seketika itu bergemuruhlah ucapan
hamdalah memenuhi kabin pesawat. Dalam remang dapat kutangkap wajah-wajah pucat yang berseri kembali, wajah-wajah lelah yang penuh syukur.
Alhamdulillah, pesawat mendarat dengan selamat di bandara Adi Sucipto
Jogjakarta. Hujan lebat dan angin kencang menyambut kedatangan kami dikota ini.
Jadwal kami disini cukup padat. Aku, Mbak Anti, Mbak Dina
dan Nira memilih hotel yang ada di Jl. Dagen Malioboro, agar dekat dengan
objek-objek wisata dan tempat-tempat belanja.
Malam pertama di Jogja, aku ajak Nira untuk berjalan-jalan
disepanjang Malioboro, melihat-lihat kreatifitas warga Jogja.
Nira senang sekali diajak jalan-jalan di Malioboro. Tangan
dan matanya tak henti memperhatikan barang-barang yang ditawarkan. Walau masih
shock dan lelah, namun aku senang melihat keceriaannya.
Aku sendiri bingung, belum ada barang yang memaksaku untuk
memperhatikannya.
Ketika Nira asyik menawar selembar baju, mataku terpaku pada
deretan lukisan mungil. Ada lukisan wajah, pemandangan di sawah, perabot rumah,
abstrak, bunga dan lain-lain. Cukup kreatif. Hanya sepotong papan kecil namun
bisa menjelma menjadi indah dengan adanya lukisan diatasnya. Kupandangi lukisan
itu, sederhana namun indah. Memandangi lukisan-lukisan itu, mengingatkanku pada
rumah impian bersama seseorang yang masing menjadi tanda tanya. Aku bayangkan jika lukisan itu dipajang diruang makan, pastilah suasana makan
menjadi lebih berwarna. Tak perlu lama berpikir, kuputuskan untuk membeli tiga
buah lukisan.
"Materi kita hari ini adalah tentang sirah Nabawiyah"
terngiang suara mbak Laila di acara liqo beberapa bulan yang lalu. Mbak Laila bercerita bahwa
Khadijah melamar Rasulullah saw karena sifat beliau yang amanah.
'Cerita ini menggambarkan bahwa tidak salah jika wanita yang
terlebih dahulu mengungkapkan perasaan suka kepada laki-laki. Apalagi jika
laki-laki yang dituju memang baik dan sholeh.'
Diliqo satu minggu yang lalu pun, dalam kajian tentang Pakaian Muslimah Mbak Laila
juga berpesan kepada kami yang belum menikah agar memilih pasangan hidup yang
sholeh. karena menikah bukan untuk sementara. Menikah adalah gerbang menuju
surga. 'jangan sampai setelah menikah keimanan kalian berkurang. Carilah
laki-laki yang akan membimbing kalian ke surga' kata Mbak Laila.
Aku miris teringat seorang teman yang tadinya istiqomah
berbusana muslimah, namun setelah menikah, sedikit demi sedikit pakaiannya
berubah menjadi minimalis. Disinilah harusnya peran suami agar mengembalikan
istri pada hakikatnya. Namun dalam kisah ini, justru suaminyalah yang
memintanya seperti itu.
"Hayoooo, melamunkan apa?" Tanya nira tiba-tiba
"Ah kamu.. hmm kenapa Nir?"
"Bagus yang mana bu" tanyanya sambil menating dua
lembar baju
"yang pink oke" jawabku
Nira kelihatannya senang dengan pilihanku.
Kami akhiri jalan-jalan malam itu dengan baju berwarna pink.
Sepanjang jalan aku masih teringat lamunan yang baru saja mampir diotakku.
Rasulullah saw bersabda 'Laki-laki itu dipilih karena
hartanya, keturunannya, fisiknya dan agamanya. Maka pilihlah yang agamanya
baik'.
Aku sadar bahwa aku bukanlah wanita terbaik. Aku sadar bahwa
aku banyak kekurangan, karena itu, aku berharap dia mau membimbingku
memperbaiki diri disisa umurku, menuntunku menuju surgaNya. Membantuku mendidik
dan membesarkan anak bersama-sama.
'kesempurnaan adalah ketika dua orang laki-laki dan
perempuan yang memiliki kekurangan bersatu untuk saling melengkapi' kata Putri
Herlina.
Bagiku pernikahan bukan hanya soal memenuhi keinginan orang
tua, tapi jauh lebih dari itu. Bagiku pernikahan adalah gerbang menuju
kehidupan yang lebih baik dan terfokus. Pernikahan adalah bagaimana aku
menerima orang yang akan aku jadikan sebagai imam, pembimbingku menggapai ridho
Illahi. Pernikahan adalah bagaimana aku menyiapkan ayah terbaik untuk
anak-anakku kelak. Pernikahan adalah awal baru dalam hidup yang membawa kita
pada kebersamaan dalam mengarungi sisa umur, dalam suka dan duka.
"Wanita ini,
tidaklah semulia Khadijah
tidaklah setaqwa Aisyah
Pun tidak setabah Fatimah
Justru hanyalah wanita akhir zaman
yang punya cita-cita, menjadi sholehah".
Pelaihari, 07 Maret 2014
1 komentar :
hmm... I know that, just remember about Vicky versi cewek hahaha. over all good job,hehehe baguuuusssssss
Posting Komentar