Pages

Assalamualaikum... Selamat datang di duniaku, enjoy my blog

Kamis, 29 Mei 2014

Backpacker ke Singapore dan Kuala Lumpur Hari Pertama

Jum'at, 9 Mei 2014
"Harap-harap cemas"

Aku berpisah dengan rombongan diklat bendahara persis didepan pintu masuk keberangkatan bandara Juanda Surabaya. Setelah menitipkan koper dengan Mbak Wiwik dan Fadli, aku melangkah enjoy menuju anjungan untuk menunggu teman-teman dari Banjarmasin.

Sebenarnya aku sangat capek setelah sembilan hari diklat di kelas plus empat hari Observasi Lapangan di Kota Batu Malang, namun inilah kesempatannya, tak mungkin aku sia-siakan. Alhasil, berangkatlah aku dan tiga orang teman lain ke Singapura dan Kuala Lumpur. Berbekal sebuah tas ransel dan sebuah tas jinjing, aku mantap. Apapun yang terjadi, semua sudah terlanjur, maju terus pantang mundurrr... He.

Tepat pukul enam, sepuluh menit lebih awal dari perkiraanku, teman-teman dari Banjarmasin tiba di Juanda. Aku langsung mengajak mereka menuju Shuttle Bus ke Terminal 2. Lumayan jauh menurutku dan lumayan lama, karena harus melewati kota yang sore itu agak macet.

Oia, perkenalkan teman-teman dalam perjalananku kali ini, yaitu Kak Tuti dan Kak Aulia temanku satu rumah dan Mutia adiknya Kak Aulia. Englishnya lancar loh, lumayan bisa maju kalo aku kehabisan modal,, wkwkwk...

Setiba diterminal 2 Juanda, teman-teman langsung sholat kemudian cari makan. Situasi di terminal 2 cukup lengang, mungkin karena baru sehingga tidak banyak stand yang ada. Kursi duduk pun tak terlihat terkecuali kursi di restoran. Setelah beres semua, kami cek in dan langsung naik ke atas, keruang tunggu. Sekali lagi, mungkin karena baru, kurasa petunjuk disini masih kurang sehingga kami harus bertanya arah dahulu sebelum sampai ke ruang tunggu.
Suasana di Terminal 2 Bandara Juanda Surabaya
Ruang tunggu disini tidak seperti di terminal 1 yang dipisahkan oleh dinding. Disini hanyalah kursi yang disusun dan diberi batas ditiap pintu keluar dengan nomor gate.
Aktifitas di ruang tunggu, dan dimanapun anda berada, hehehe..

Narsis dulu ah..
Pesawat kami delay setengah jam, namun itu tidak mengurangi semangat kami. Bayang-bayang petualangan seru terus melintas diotakku.

Seperti biasa, didalam pesawat aku selalu berusaha untuk tidur, sampi waktunya landing. Pemandangan malam dari atas sangat indah. Lampu-lampu disana sini, sejauh mata memandang. Kebetulan aku duduk disamping jendela, jadi bisa sepuasnya melihat-lihat kebawah sampai lupa sama traumaku.


Sabtu, 10 Mei 2014
"Gempor"

Changi pukul 00.15, sepi, lengang. Kami berjalan mengikuti arak-arakan penumpang yang mulai terpencar sampai kami tiba di sebuah taman. Teman-teman langsung menyerbu untuk mengambil foto. Aku mendekati komputer yang berderet di sepanjang jalan. Aku hanya iseng mencari info untuk sampai di Bugis St. pada dini hari.


Kami turun dengan tak lupa mengambil peta yang sudah disediakan di beberapa sudut bandara. Urusan di imigrasi pun cukup singkat, jelas saja, karena hanya kami berempat yang dilayani.

Kami keluar dengan sedikit kebingungan. Bandara sudah sangat sunyi, kami hanya mengikuti petunjuk taxi dan exit. Kami sempat keluar bandara mencoba untuk menyetop taxi, namun tidak berhasil, sehingga kami masuk kembali dan mendekati antrian panjang orang-orang di depan pintu keluar di sudut kanan bandara, ternyata mereka mengantri untuk mendapatkan taxi. Kamipun ikut mengantri dan mendapatkan taxi sesuai giliran.

Sepanjang jalan supir yang mengantar kami bercerita tentang Singapura. Sesekali beliau memberitahu kami nama temapat yang kami lewati. Kurang lebih satu jam perjalanan, kami sampai di Hawai Hostel tempat kami menginap. Hostel ini sangat mengerikan, tangganya sangat curam dan tinggi. Terdiri dari empat lantai yang hanya bisa dicapai menggunakan tangga tersebut. Kamar kami sangat kecil, ukuran 2x2 dengan 2 ranjang tingkat dan sebuah wastafel. Setelah bersih-bersih, akupun tertidur.

Sekitar jam 8 pagi kesadaranku baru full,, sebenarnya masih sangat ingin bermalas-malasan di tempat tidur setelah enam belas hari waktuku diatur. Tapi oh no.. ini Singapur guys.. wake up !!

Kami berempat mengantri mandi di kamar mandi bersama. Untungnya kamar kami tidak jauh tapi juga tidak terlalu dekat dengan kamar mandi, sehingga kami bisa memantau keadaan di kamar mandi,,, hihihi..

Setelah mandi, beres-beres dan breakfast kami menitipkan tas ke pemilik hostel. Dari Hostel mulailah petualangan,, seperti biasa, bertanya adalah hal terbaik yang harus aku lakukan. Bertanya, bertanya dan bertanya hingga sampailah di MRT Bugis. Dari MRT Bugis ke Outram, dari Outram ke Harbour. Keluar udah di Vivo City, foto-foto bentar, lanjut ke Sentosa Island.

Turun di Sentosa Island lansung deh tu foto-foto semua yang bisa di foto.
Beberapa foto wajib kita :


Candylicious

Universal Studio

Puas foto-foto di Sentosa, kami balik dari Sentosa ke Vivo City, Harbour ke Outram, Outram ke Raffles. Keluar di Raffles tanya lagi. Menurutku MRT di sini lumayan susah dicari tempatnya dan di cari arah keluarnya. Seperti MRT Raffles ini, keluarnya ga dipinggir jalan, melainkan terkurung diantara gedung-gedung tinggi. Karena itu, tanya lagi.. he.

Kami mengikuti saja petunjuk menuju Merlion Park yang berhasil kudapatkan dari bertanya. Jalan lagi, kalo ada objek yang unik kami sempatkan untuk berfoto. Setelah melihat Marina Bay Sand Hotel kami teruis menyisir jalan sambil berfoto sampai ke Merlion Park, sambung Esplanade, lanjut Stadion, kemudian Helix Bridge, Singapore Flyer, Art Science Museum, Marina Bay Sands, baru Garden by the bay. Perjalanan ini luar biasa melelahkan, mencapekkan, mengerikan. Tempat-tempat wajib kunjung ini memang satu kompleks dan berdekatan, namun satu lokasi memiliki lahan yang sangat luas sehingga kaki sampai gempor. Ditambah lagi cuaca yang sangat puanas menyengat. Satu-satunya tempat yang adem adalah ketika berada persis dipinggir pagar pembatas dengan patung Merlion. Walo panas, tapi pias-pias semprotan air yang di keluarkan dimulut patung membuatku bagai berada diruang ber AC.
Saking capeknya kami hampir puas hanya berjalan sampai di Silver Garden, tapi teman-teman menyemangatiku untuk terus maju hingga ke Supertrees Groove. Begitulah perjalanan kali itu, sangat melelahkan dan luar biasa capek dan tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata.
Kami pulang lewat MRT Bay Front yang jalannya juga jauuuuh banget namun cukup eksklusif lorongnya karena dipenuhi kaca-kaca dan gambar-gambar bunga berwarna warni. Turun di MRT Bugis, tinggal mengingat-ingat jalan tadi pagi aja. Sampai Hostel teman-teman numpang sholat dulu, kemudian kami lanjut jalan kaki ke Queen Street Terminal. Haduuuu jalan lagi mana bawa tas lagi. Tapi itulah kenyataan yang kami hadapi, ya jalan lah tanpa henti dan sebisa kaki melangkah. Sampi di QST ternyata antrian udah puanjaaaaang banget dan terminal bus ini tidak seperti terminal pada umumnya karena hanya sebuah tempat lapang yang diisi beberapa bus. Calon penumpang berdiri berbaris diluar pagar. Tak ada kursi satupun dan sadisnya calon penumpang hanya berdiri menunggu tanpa ada aktifitas kecuali ketika bus datang yang segera diiringi dengan acara membeli tiket. Jika satu bus sudah full, maka calon penumpang kembali menungggu untuk bis selanjutnya.
Karena sudah full, satu bus berlalu dari hadapan kami dan kami harus menunggu bis berikutnya. Kebetulan aku berdiri persis dibelakang calon penumpang yang berdiri di depan penjual tiket. Kami sempat mengobrol. Beliau bersama isteri dan anak bungsunya. Bapak ini dan penjual tiket cukup baik, memberi banyak informasi untuk kami. Dan lucunya si Bapak sekalian mempromosikan anaknya kepada kami, siapa tau mau punya suami orang luar negeri katanya. Anaknya seorang polisi di Malaysia. Pas banget anaknya ada, ganteng siii, tapi tipe anak mami gitu, hehehe...
Pas bis dateng, si Bapak mengingatkan isterinya untuk membantu kami. Tapi kami ambil empat kursi paling depan, sedangkan keluarga itu ambil kursi di tengah sehingga kami terpisah. Hari sudah mulai magrib ketika kami melewati Little India, tempat yang tidak sempat kami singgahi.
Sampai di Woodland Chekpoint, semua orang berlari menuju loket imigrasi. Loketnya begitu banyak dan begitu banyak orang sedang mengantri. Aku teringat cerita di beberapa blog, katanya cari aja antrian yang paling pendek. Ku ikutilah. Pas mengantri, seseorang disebelahku melihat paspor yang aku bawa dan dia berkata “Kad putih disebelah sane” tangannya sambil menunjuk antrian dibagian kanan yang lebih sedikit. Aku ikuti saja diiringi teman-teman di belakang. Dan kami lolos. Ternyata “kad putih” yang dia maksud adalah bagi WNA yang dalam perjalanan yang mengisi kartu imigrasi ketika di pesawat.
Tantangan tidak berhenti disitu, kami keluar kembali dengan kebingungan dan terus saja mengikuti arak-arakan orang berjalan. Tiba diluar cukup banyak bis terparkir dan orang berebutan naik. Bis yang kami naiki malah ga ada, tapi ada yang mirip. Aku teringat lagi cerita yang ku baca bahwa setelah dari imigrasi, kita boleh naik bis mana saja ke imigrasi selanjutnya. Naiklah kami ke bis yang mirip itu sehingga sampai di imigrasi Malaysia Bangunan Sultan Iskandar (BSI) di Johor Bahru. Lagi-lagi pemandangan seperti tadi, begitu banyak loket dan antrian yang puanjang. Kami mabil antrian paling kanan dan lolos.
Ada yang beda, disini orang-orang mulai berkurang dan kami tidak melihat bis yang mirip. Aku bertanya kepada petugas yang kemudian menunjuk tempat parkir bis yang diseberang. Setelah lama menunggu, tak ada tanda-tanda bis akan datang, mana sunyi dan ajaibnya, hanya kami berempat yang menunggu bis itu. Lama nian menunggu ditengah malam di kampung dan dinegara orang. Aku dan Tia lalu menyebrang membeli dua botol air mineral. Aku surprize dengan harganya, hanya 1 ringgit per satu botol. Beda banget dengan di Singapur yang semuanya muahaaaallll... Temenku bahkan ada yang sekali makan di Singapur habis sekitar 500rb rupiah, ketipu ato apa katanya bingung,, hahaha...
Bis yang ditunggu akhirnya tiba, ga lebih dari setengah jam, kami tiba di Terminal Larkin. Kami langsung mencari Mushola dan ada Mesjid di atas di lantai 4, masih di bangunan itu. Semua tas kami letakkan disana dijaga kak Tuti dan Kak Aulia sedang aku dan Tia turun kebawah membeli tiket. Harga tiket lumayan murah persis seperti yang di ceritakan di beberapa blog, 34 RM.
Karena perjalanan dengan Bis dari Larkin ke KL memakan waktu 4 jam, maka aku dan Tia memilih keberangkatan pukul 11.45 malam, berharap bis akan berjalan lambat sehingga tiba di TBS pukul 5 pagi.
Sambil menunggu bis, kami istirahat di Mesjid An Nur. Kami cuci muka dan bersikat gigi seperti kebiasaan akan pergi tidur. Tapi tak sempat benar-benar istirahat kami diberi peringatan bahwa mesjid akan segera ditutup, terpaksa deh turun ke bawah, nangkring di dekat loket-loket penjualan tiket.
Wajah-wajah pasrah :-)

Mengisi waktu menunggu bis, aku berbincang dengan seorang cowok didepanku. Ternyata dia orang Padang yang bekerja di Johor. Aku memang suka berkenalan dan berteman dengan orang-orang baru apalagi orang yang tinggal berbeda daerah denganku. Aku bisa bertukar cerita tentang budaya, kebiasaan, cuaca bahkan situasi politik dengan teman di daerah lain.

Rincian biaya hari pertama :

Rincian biaya hari pertama di Singapore

0 komentar :