Hari ke 3 diklat tidak diisi dengan
belajar. Khusus hari ini semua peserta dimanjakan dengan jalan-jalan dan
shopping dengan rute Pasar Seni Sukawati, Joger, Krisna, Pura Uluwatu, GWK dan
ditutup dengan dinner di Jimbaran.
Di pasar Sukawati aku menemani
seorang teman untuk mencari oleh-oleh. Aku sendiri malas jika bepergian harus
mikirin oleh-oleh, menuh-menuhin koper, berat plus ribet, dan malu juga kebanyakan tentengan. Hihi..
bersama belanjaan masing-masing :D |
1 jam keliling Sukawati, perjalanan
lanjut ke Joger, temanya masih sama, belanja :D.
Disini aku beli beberapa potong baju
titipan teman sekantor. Nah kalo dititipin, mau ga mau, hukumnya sunat
mendekati wajib. Tapi yang nitip juga kira-kira dong ya, yang dititipin aja ga
belanja, masa repot-repot nambah bawaan yang ternyata cuma titipan? Belum lagi
bingungnya pas nyari ato milih-milih, selera orang kan beda-beda.
Dari Joger kami menyebrang jalan
untuk makan siang di Wong Solo, katanya ini restoran teraman karena yang punya
dan semua karyawan wajib muslim. Selesai makan kami melaksanakan sholat zuhur
dan ashar jamak qasar berjamaah. Alhamdulillah lega, dan perjalanan pun
berlanjut menuju Krisna. Bagi yang oleh-olehnya belum lengkap, bisa mencarinya
disini.
Dari Krisna, perjalanan kami menuju
makin ke selatan, yaitu ke Pura Uluwatu. Sebenarnya aku sudah lumayan capek,
tapi karena sudah sampai, tanggung juga jika tidak ikut turun dan menikmati
suasana di pura seindah ini. Sebelum masuk, setiap pengunjung lokal maupun
internasional wajib mengenakan selendang yang sudah disediakan di pintu masuk.
Banyak turis asing juga datang kesini. Kami segera berbaur dan berlomba
mengabadikan moment perjalanan kami disini.
Ada Bu Irma tuh di belakang |
Aku, Bu Ramlah dan Bu Raida
bergantian saling memoto. Terkadang juga ku gunakan timer agar bisa berfoto
bersama. Memang canggih dan membantu banget kameraku ini. Pertama kali kupakai ketika
aku pergi ke Bangkok tahun lalu. Banyak sudah hasil jepretaannya yang menjadi
koleksi di folder fotoku. Komen positif pun sudah sering kudengar dari mereka
yang melihat ato membantu mengambilkan foto. Kecil, mungil, simple namun sangat
berguna. Kalo orang Malaysia bilang “comel”, dan sepertinya kamera ini sudah
jadi bawaan wajib ke dua ku setelah hp.
Boleh lah ya :) |
Di Uluwatu banyak monyet-monyet yang
menjadi tontonan bagi turis-turis asing. Mereka bergerombol menyaksikan
monyet-monyet yang sedang makan maupun bercengkrama. Aku berkeliling saja mencari
pemandangan lain untuk dilihat daripada hanya sekedar melihat monyet, di Pulau
Kembang juga banyak kok yang kayak gitu, wkwkwkkk…
Ketika teman-teman mulai berjalan
menuju pintu keluar, akupun segera mengikuti. Kami bersiap melanjutkan
perjalanan menuju GWK.
GWK yang merupakan kepanjangan dari
Garuda Wisnu Kencana adalah sebuah patung besar yang berada di atas gunung
kapur, terbuat dari gunung kapur yang dipangkas dan dipahat membentuk patung
burung Garuda dan patung Dewa Wisnu yang sedang naik diatasnya.
Ini baru patung Dewa Wisnunya |
Area ini sangat luas, patungnya pun
berukuran sangat besar. Saat ini patung GWK yang direncanakan belum selesai
pengerjaannya. Antara patung Dewa Wisnu dan patung Garuda masih terpisah jauh.
Entah bagaimana caranya nanti untuk memindahkan patung Dewa Wisnu yang super
besar itu ke atas patung burung Garuda. Yang pasti jika sudah selesai, patung
ini akan menjadi patung terbesar didunia dan mengalahkan patung Liberty.
Foto bareng di depan patung Burung Garuda |
Sampai disini belum selesai
perjalanan kami, masih ada satu tujuan lagi, yaitu Jimbaran. Horeee.. menuju destinasi
terakhir.
Waktu menunjukkan pukul 6 kurang
ketika bus kami berhenti di sebuah rumah makan. Kami masuk, melewati jejeran
meja dan kursi, terus berjalan menuju pinggir pantai yang sudah mulai ramai
dengan pengunjung. Kami segera duduk
di tempat yang sudah disediakan,
berfoto-foto sambil memandangi mereka yang bermain air dipinggir pantai dengan
background sunset yang indah. Beginilah suasana di Bali kalo magrib tiba, tidak
ada yang berubah. Orang-orang tetap cuek main dan jalan-jalan.
Suasana Jimbaran sore hari |
Ngikut gaya Bu Irma nih |
Usai makan, badan sudah sangat
lelah, mata mulai mengantuk. Untunglah ini destinasi terakhir, waktunya untuk
pulang dan istirahat.
Udah malem |
Sampai hotel, bukannya langsung
tidur seperti harapanku, aku malah membuka laptop untuk mengerjakan tugas yang
akan dipersentasikan besok, plus nangis-nangis bombay nontonin video dari Bu
Nen. Bu Irma aja sampai bingung :D.
+++
Hari terakhir diklat diisi dengan
persentasi dan diskusi. Kelompok pertama maju dan mempersentasikan hasil kerja
kelompoknya. Jujur aku merasa bingung dengan hasil persentasinya. Kok beda
dengan apa yang aku tangkap selama beberapa hari ini? Pas waktunya diskusi,
benar saja, ternyata tidak hanya aku seorang yang merasakan itu. Anggota
kelompok lain pun sama.
Akhirnya dari pagi sampai siang kami hanya membahas
hasil kerja 1 kelompok tanpa ada waktu untuk membahas hasil kerja kelompok lain.
Untungnya pak narasumber memberikan no hp dan alamat emailnya agar kami tetap
bisa berkonsultasi jika nanti mendapat kesulitan setelah pulang ke Tanah Laut.
Ditengah-tengah diskusi, ibu-ibu sudah
membahas jadwal sore dan malam harinya. Sedang aku dan beberapa teman lain memutuskan
menyewa motor untuk jalan-jalan ke objek wisata terdekat.
Karena masih ada oleh-oleh yang
kurang, sore itu bu Ramlah mengajakku untuk pergi lagi ke Krisna. Malamnya kami
jalan ke Legian, liat bu le dan pak le keluyuran. Jujur aku merasa tidak tenang
berada disini. Aku merasa salah tempat. Tidak sepatutnya aku berada disini.
Ingin sekali segera pulang, namun teman-teman masih betah nongkrong dan berfoto-foto
di depan Monumen Bom Bali.
Maksa banget fotonya, hahaha.. |
Ketika ada teman yang pulang, kamipun ikut pulang. Biar lambat asal selamat, itulah semboyan kami malam itu disaat gerimis menemani perjalanan pulang kami ke hotel.
0 komentar :
Posting Komentar