Hai semuanya,, ada yang tau hari ini
tanggal berapa?
Yup, tanggal 26 Desember.
Apa yang terlintas dipikiranmu
ketika mendengar tanggal 26 Desember?
Yup, tragedi tsunami di Aceh dengan
ratusan ribu korban dan hari ini tepat 10 tahun terjadinya musibah tersebut.
Hari itu, minggu 26 Desember 2004. Sekitar
pukul 9 pagi aku mengepel lantai sambil mendengarkan radio. Ketika sedang asik
mendengarkan lagu, tiba-tiba dipotong untuk menyiarkan berita tentang musibah tsunami
yang sedang terjadi di Aceh. Pembaca berita mengatakan jumlah korban jiwa
mencapai 300 an orang, namun tak lama, berita diupdate lagi dengan mengabarkan bahwa
jumlah korban jiwa sudah mencapai ribuan orang.
Sorry, ribuan? Waktu itu aku masih
belum percaya dengan berita yang ku dengar. Namun ketika melihat berita di
televisi malam harinya, barulah aku percaya dan ternyata berita di radio itu
belum ada apa-apanya. Dari layar televisi aku bisa melihat bagaimana luar
biasanya air menyeret dan menghanyutkan segala sesuatu yang dilaluinya. Hanya
dalam hitungan menit, semua rata tersapu air. Benar-benar sebuah bencana yang
maha dahsyat.
+++
Siang itu adikku diantar ayah ke sekolahnya
di Martapura untuk mengikuti kegiatan Studi Tour ke Jogjakarta, waktu itu masih
naik kapal. Tak sedikitpun ada perasaan cemas, karena kami belum melihat berita di televisi.
Seperti biasa, siang itu aku tidur
dengan nyenyaknya, sampai tiba-tiba sekitar pukul 3 sore pintu kamarku diketuk
dari luar.
Ayah muncul dengan membawa koran
ditangannya. Ternyata ayah juga membeli koran di Martapura karena mendengar
kabar bahwa pengumuman hasil seleksi CPNS akan diumumkan hari itu. Aku yang
tidak berharap banyak tidak terlalu memperhatikan hal itu.
Kartu pesertaku. Masih unyu ya fotonya :D |
“Ada namamu” kata ayah. “Coba cek
lagi nomor pesertanya” katanya sambil meyodorkan halaman koran yang penuh
dengan daftar nama peserta seleksi CPNS yang dinyatakan lulus.
Fotokopi koran Radar Banjarmasin tanggal 26 Desember 2004 |
Mendengar itu, aku langsung menjawab
“Kalo memang ada namaku disana, berarti memang aku yang lulus” jawabku. Kenapa?
Karena aku yakin sekali bahwa tidak ada nama orang yang sama persis dengan
namaku, bahkan sampai hari ini keyakinan itu masih sama. Itulah enaknya punya
nama agak sedikit beda dan sedikit aneh (menurutku), hehe… nama yang unik,
tidak pasaran dan tanpa arti.
Liat namaku ga? |
Dari cerita diatas, kamu bisa tahu
bahwa hari ini ada moment lain yang kuperingati yaitu diterimanya aku sebagai
CPNS dan hari ini, 26 Desember 2014, genap sudah 10 tahun aku berkecimpung
didunia per PNS an.
10 tahun, bukan waktu yang sebentar.
Selama itu, aku sudah 4 kali pindah tempat kerja dengan bermacam-macam alasan. Dalam
kasusku, ini lebih pada keegoisan pejabat yang berkuasa, ketidakadilan sudah
hilang, yang berkuasa dan yang berduit lah yang akan menang.
Dalam 10 tahun, aku juga sudah beberapa
kali berganti tugas/jabatan dan tak jarang juga aku merangkap beberapa jabatan
sekaligus. Bagiku, itu hal biasa karena setauku nyaris disemua kantor
kekurangan tenaga profesional alias tenaga yang bisa dipercaya dan bertanggung
jawab. Bahkan di BKD sendiripun masih kekurangan staf.
10 tahun, juga berarti aku sudah
lepas dari perjanjian awal ketika diangkat sebagai PNS untuk tidak pindah
keluar kota. Sekaranglah waktunya aku untuk pergi meninggalkan kota ini, kota yang
setiap hari kuhabiskan disana, namun masih terasa asing bagiku.
+++
+++
Hari itu, 26 desember 2004, ayahku
sangat bersuka cita. Beliau sampai berkata “Abah sangat senang. Lebih senang
kamu lulus sebagai PNS daripada mendapatkan intan”. Aku masih ingat persis
kata-kata itu. Kata-kata yang menggambarkan kebahagiaannya dikarenakan
kelulusanku. Maklum saja, karena di desa tempat tinggalku hanya aku seorang
yang lulus dan karena menjadi PNS masih merupakan impian sebagian besar orang
termasuk harapan ortu padaku dan adik-adikku.
Menjadi PNS tidak selamanya baik.
Menjadi PNS juga tidak menjamin hidup dengan aman dan tenang. Memang menjadi
PNS sepertinya terjamin dengan gaji bulanan yang rutin masuk ke rekening setiap
awal bulan. Namun tak jarang aku menemukan teman-teman PNS yang gajinya minus
ato mereka yang terjerat hutang.
Menjadi PNS juga antara surga dan
neraka. Jujur, menurut analisisku, lebih banyak neraka daripada surganya. Jika
tidak kuat iman dan memahami ilmu agama dengan benar, kita akan terjebak untuk melakukan
hal-hal yang salah secara terus menerus dan berulang. Parahnya lagi hal seperti ini dilakukan turun temurun dan berjamaah.
Nah, bagi kita-kita yang sudah
terlanjur, ingatlah kalimat ini, kalimat yang aku kutip dari sambutan Wakil
Bupati Tanah Laut saat membuka acara sosialisasi untuk bendahara di lingkup
Kab. Tanah Laut sebulan yang lalu.
Beliau berkata kurang lebih seperti
ini “Kita tidak ditakdirkan menjadi guru, kita juga tidak ditakdirkan menjadi
ustad, tapi kita ditakdirkan menjadi seorang PNS. Itu artinya disinilan ladang amal
kita. Pekerjaan sebagai PNS adalah ibadah kita, karena itu, jujur dan
bersungguh-sungguhlah dalam bekerja untuk mengumpulkan pahala, yang akan menjadi
bekal diakhirat kelak”. Kalimat yang cukup simple, namun mempunyai makna yang besar. Semoga aku bisa selalu mengingat dan mengamalkan kalimat bijak ini.
Selain sisi negatif, tentunya
ada juga sisi positif yang kudapat dari pekerjaan sebagai PNS, yaitu semenjak memiliki penghasilan sendiri, aku bisa membeli barang-barang yang aku suka. Aku juga membeli beberapa property sebagai tabungan. Selain itu aku juga bisa jalan-jalan di
dalam maupun luar negeri dan sepertinya, sepuluh tahun sudah cukup bagiku untuk main, hura-hura, senang-senang menikmati hasil jerih payah pekerjaanku.
Aku sudah memiliki segalanya, kecuali suami, hehe.. itulah yang menjadi targetku
kedepan. Doakan ya J
Nah, sekian dulu ceritaku hari ini.
Bahagia rasanya bisa mengenang kembali detik-detik yang menjadi titik awal lembaran baru dalam perjalanaan panjang dihidupku, sepuluh tahun yang lalu. (Maunya sih tahun ini ada lembaran baru lagi yang mengawali kisah lain di sisa umurku :D)
So, be a good girl ma, happy tenth
in ur job and wish u get a honest person this year kha :)
0 komentar :
Posting Komentar