Langit mendung
diatas kota Denpasar mewarnai kepulanganku ke Banjarmasin. Seperti biasa, aku menjadi sedih jika harus mengakhiri jalan-jalanku.
Denpasar, ini
kedua kalinya aku datang ke kota ini. Jika dulu khusus jalan-jalan saja
sendiri, kali ini aku ditugaskan untuk mengikuti diklat yang bertempat di Badan
Diklat Propinsi Bali.
Sejak aku punya
seorang teman yang cukup akrab di Bali, aku jadi tertarik untuk datang lagi ke
sini. Tapi tidak jika aku diminta pergi untuk semua yang menyangkut
pekerjaan, aku hanya ingin refreshing dan have fun in Bali. Karena itu, disini aku akan lebih banyak bercerita tentang jalan-jalanku ketimbang bercerita tentang diklat.
Awal Oktober aku sudah beberapa kali merencanakan liburan di Bali. Tapi selalu saja gagal dengan bermacam-macam alasan, sampai aku pasrah. Tapi yang namanya rejeki, ternyata ada saja jalan untuk ku pergi ke kota ini, kota yang meninggalkan begitu banyak kenangan, baik suka maupun duka. Sedih rasanya harus pulang, tapi kenyataannya ini bukan tempat tinggalku, aku harus kembali ke kota asalku, Banjarmasin. Banyak yang menantiku disana, terutama pekerjaanku yang pasti sudah menggunung tinggi. Hehe..
Awal Oktober aku sudah beberapa kali merencanakan liburan di Bali. Tapi selalu saja gagal dengan bermacam-macam alasan, sampai aku pasrah. Tapi yang namanya rejeki, ternyata ada saja jalan untuk ku pergi ke kota ini, kota yang meninggalkan begitu banyak kenangan, baik suka maupun duka. Sedih rasanya harus pulang, tapi kenyataannya ini bukan tempat tinggalku, aku harus kembali ke kota asalku, Banjarmasin. Banyak yang menantiku disana, terutama pekerjaanku yang pasti sudah menggunung tinggi. Hehe..
+++
Aku berangkat sendiri, menumpang dengan teman yang juga mau terbang ke Bandung pagi itu.
Jujur, sampai hari ini trauma naik pesawat itu masih ada. Mendengar ada gangguan operasional, aku jadi sangat tegang karena pesawat itu yang akan kunaiki.
Ingin rasanya aku batalkan perjalanan ini, pulang dan bekerja dikantor seperti hari-hari biasa. Tapi pasti sudah sangat terlambat, karena tiket pesawat pp sudah ku kantongi, voucher hotel sudah ku pegang bahkan sewa motor pun sudah ku dealkan. Aku pasrah.. apapun yang terjadi, aku sudah terlanjur menyanggupi. Ini adalah tugas dan pekerjaanku. Bismillah..
Pesawat take
off pukul 11.30 wita dari bandara Syamsudinnoor Banjarmasin. Gangguan
operasional menyebabkan delay sampai 2,5 jam dari jadwal semula pukul 09.00 wita. Benar saja, penerbangan kali ini agak menyeramkan. Aku merasa pesawat tidak stabil, bergemuruh dan bergoyang. Entahlah, semoga ini hanya ada dipikiranku saja. Tapi ketegangan ini sudah sukses membuatku meneteskan air mata. :(
1 jam transit di Surabaya, perjalanan berlanjut ke Denpasar. Kali ini aku sudah
bergabung dengan teman-teman rombongan diklat yang lain karena pesawat yang
harusnya membawaku ke Denpasar sudah terbang duluan meninggalkanku. Banyaknya jumlah orang yang kukenal, membuatku sedikit lega.
Alhamdulillah, landing dengan selamat di Dps |
Kami landing di
Bandara Ngurah Rai Denpasar sekitar pukul setengah 3 sore. Waktu di Denpasar
sama dengan waktu di Banjarmasin, sehingga aku tidak susah menyesuaikan
waktu. Rombongan kami dijemput bus hotel yang membawa kami menuju tempat
tinggal selama 6 hari di kota ini.
Malam pertama di
Denpasar ku habiskan dengan tidur, bahkan makan malam pun sampai kulewatkan.
+++
Diklat hari
pertama, jam 7 pagi kami sudah berpakaian rapi saat sarapan. Selesai sarapan
lanjut ke Bandiklat Prop Bali yang berjarak kurang lebih 500 meter dari hotel.
Pembukaan diklat dilaksanakan pukul 10.30 dilanjutkan dengan coffee break dan
belajar. Aku paling tidak suka belajar dengan hanya duduk dan menyimak teori,
bikin ngantuk. Aku lebih antusias jika belajar dengan metode praktek.
Disaat sedang
boring, tiba-tiba masuk pesan dari Bu Nena, temanku yang tinggal di Denpasar (yang
rumahnya didekat toko temanku :D). Katanya dia sedang berada disekitar tempatku
diklat. Langsung saja kuminta dia mampir. Janjinya sih rabu baru datang, tapi
ga apa kan kalo bisa ketemu lebih cepat? Kebetulan aku juga ga sreg sama acara ibu-ibu
untuk shopping.
Sebelum ketemu aku mikirnya macam-macam. Gimana ya aslinya Bu Nen, apa sebaik dan seramah
ketika kita ngobrol di dumay? Apa dia akan senang bertemu denganku ato
sebaliknya?
Pas aku mandi,
teman sekamarku mengetuk pintu kamar mandi, memberitahukan bahwa temanku sudah
datang. Selesai mandi, dengan harap-harap cemas segera ku temui Bu Nen.
Diluar aku melihat seorang cewek masih berpakaian seragam hansip plus jaket sedang
duduk mengutak atik hpnya. “Bu Nen” sapaku.
"Hai" katanya sambil melambaikan tangan. Dia hanya menoleh sebentar ke arahku.
"Hai" katanya sambil melambaikan tangan. Dia hanya menoleh sebentar ke arahku.
“Aku mau sholat
dulu ya” lanjutku.
“Iya lanjutin
aja” jawabnya singkat. Segitu aja? Hmm..
Selesai sholat,
aku bersiap secepat mungkin, kasian ditunggu orang diluar, mana masih pake
seragam lagi, xixixii..
Sekarang aku
sudah berdiri tepat dihadapan Bu Nen. Bu Nen aslinya tinggi, lebih tinggi dari
Dwi. Kalo Dwi mengibaratkan dirinya seperti tiang listrik, trus Bu Nen apa dong? (haha,, becanda. Bu Nen proporsional kok, akunya aja yang kurang tinggi :D)
Kami sedang berjalan menuju parkiran ketika tiba-tiba Bu Nen nyeletuk “Refma ya?” tanyanya bercanda.
Kami sedang berjalan menuju parkiran ketika tiba-tiba Bu Nen nyeletuk “Refma ya?” tanyanya bercanda.
“Bu Nen ya?”
balasku. Kami spontan tertawa bareng..
Iya, akupun
masih setengah ga percaya kalo yang sedang berjalan disampingku adalah Bu Nen
orang yang selama ini hanya kukenal lewat dunia maya.
Sore itu Bu Nen
mengajakku ke Monumen Braja Sandi sebuah monumen perjuangan rakyat Bali yang
terletak tidak jauh dari hotel tempatku menginap.
Kami masuk dan
berkeliling sebentar didalam sambil ngobrol. Bu Nen di dumay ga jauh beda
dengan Bu Nen aslinya, selalu seru buat
jadi teman ngobrol.
Bu Nen baru tau nih caraku ngambil foto |
Katanya pinter moto, kok masih kabur sih? |
Lelah
berkeliling, Bu Nen mengajakku untuk minum di Veranda Café. Disitu Bu Nen lah
yang lebih banyak bercerita. Tentang keluarganya, pekerjaannya, orang-orang
disekelilingnya, sampai pada kisah pribadinya. Sungguh, andai aku yang berada
di posisinya, belum tentu aku bisa kuat dan bertahan.
Masalah pribadi
yang tak kunjung datang solusinya saja sudah membuatku nyaris putus asa, apalagi
jika harus ditambah dengan masalah agama dan sosial yang di kotaku tak pernah
ada, bahkan terpikir pun tidak. Aku salut denganmu Bu Nen, 2 jempol tangan + 2
jempol kaki untukmu, Ups... Hahaha..
Aku juga sangat
salut buat keteguhan imannya. Ditempat seekstrim ini, Bu Nen bisa bertahan dan
tetap sukses menjalin hubungan baik dengan mereka yang meragukannya. Aku saja yang dididik sedemikian rupa sejak kecil, segini-gini aja imanku. Masih sering turun naik dan pasang surut bak air laut. Sekali lagi, salut banget buat Bu Nen yang mampu berjuang sendiri.
Tak terasa hari
sudah magrib, Bu Nen mengantarku kembali ke hotel dan dia janji akan datang
lagi besok jika aku ada waktu luang.
+++
Diklat hari ke
2, kami masih belajar teori, untungnya pelajaran diakhiri lebih awal sekitar
pukul 3 sore. Yang jadi masalah adalah aku dipercaya untuk mengkoordinir uang
patungan untuk jalan-jalan besok harinya. Inilah yang membuatku tidak bisa
pulang lebih cepat. Namun dengan alasan sudah kebelet, akhirnya aku bisa menitipkan
uang pada teman dan pulang ke kamar untuk mandi dan sholat. Aku ga enak sama Bu
Nen jika hari inipun dia harus menunggu lama seperti kemarin.
Bu Nen datang
dengan membawa serta bolu kukus dan pie susu, kue jajanan khas Bali. Sore itu dia
mengajakku ke Pantai Sindhu.
Kami berjalan menyusuri pinggiran toko. Bau dupa dimana-mana, mungkin ini yang membawaku pada kenangan ketika sedang berada di Bangkok. Bau-baunya mirip banget.
Kami berjalan menyusuri pinggiran toko. Bau dupa dimana-mana, mungkin ini yang membawaku pada kenangan ketika sedang berada di Bangkok. Bau-baunya mirip banget.
Foto diambil masih dengan teknik yang sama :D |
Setelah cukup
jauh berjalan, kami putuskan untuk duduk-duduk di bahu jalan dengan batas batu
karang yang berada tepat di bibir pantai. Sambil menikmati pemandangan pulau
seberang serta kapal-kapal yang berseliweran diselingi ombak berkejaran,
kembali Bu Nen bercerita tentang masa-masa sekolah dan kuliahnya. Kami juga
membahas awal mula kami semua berkenalan. Tidak lain dan tidak bukan adalah karena
all about TJ. Apaan tu TJ? Semacam kue ato minuman kah? Haha.. tidak sembarang
orang tau TJ, tapi kalo kamu sudah tau, cukup simpan dalam hati aja sebagai souvenir.
Cantik banget si ibu :D |
Anehnya,
semenjak kami semua gabung dan membuat grup, kami menjadi sangat akrab dan
dekat, bahkan lebih dekat daripada teman sekantor yang setiap hari bertemu
denganku. Semoga pertemanan kita ini bisa langgeng ya sob.. :)
0 komentar :
Posting Komentar