Hari itu kamis,
02 April 2015 sekitar pukul tujuh pagi aku dan teman-teman dijemput dirumah
Indah.
Kami sempatkan sarapan
di warung ketupat kandangan di desa padang Bati-bati. Selesai sarapan
perjalanan berlanjut, tiba di Martapura kami bergabung dengan rombongan yang
lain lalu berjalan beriringan sampai di pasar kandangan. Waktu menunjukkan
pukul 11 lewat, kami mampir dulu di rumah orang tua bu Mega yang terletak di
belakang pasar. Setelah rombongan berikutnya datang, kami makan siang di
pojokan pasar, warung sederhana namun menunya lengkap, Banjar bangeeet..
Numpang narsis di tugu hari jadi HSS |
Makan siang di pasar Kandangan |
Usai sholat
zuhur kami melanjutkan perjalanan ke Loksado. Sebelumnya aku tidak pernah ke
sana, jalannya menanjak, dikiri jalan berupa tebing dan dikanan jurang, mirip
sekali jalan ke puncak, hanya saja tanaman disini bukan teh melainkan sawit,
karet ato tanaman buah juga tanaman hutan.
Satu jam melalui
perjalanan menanjak cukup membuatku tegang dan berasa trauma untuk lain kali
kesini lagi. Setelah lelah berspot jantung ria akhirnya tibalah kami di cottage
yang sudah dipesan kemarin. Cottage ini terletak di Desa Tanuhi, persis di
obejek wisata pemandian air panasnya. Pemandangan lumayan indah dengan
bangunan-bangunan terpisah bergaya eropa. Melihat pemandangan seperti ini aku
teringat salah satu tempat di Malaysia, yaitu Berjaya Hills, sayang kemarin
kami tidak sempat mampir kesana.
Cottage Tanuhi |
Di area cottage
ini terdapat satu buah kolam renang besar, kolam kecil dan beberapa kolam
pemandian air panas, baik yang besar maupun kecil. Satu buah bangunan kantin
dan satu buah tempat resepsionis dan gudang.
Cottage ini
dibangun per buah, dengan dua kamar dibawah dan diatas, serta dua buah garasi
mobil di kanan dan dikiri. Tangga untuk keatas pun berada di garasi jadi tidak
menggangu penghuni kamar yang dibawahnya.
Setelah berbenah
dan melepas lelah sebentar, kami mulai berkeliling sambil menunggu lanting (susunan
batang bamboo yang diikat) yang disiapkan untuk kami sore itu.
Pukul 5 waktu di
jam tangan kami, kami berangkat, diantar dengan mobil menuju tempat turun ke lanting.
Ada perasaan takut saat itu, karena itu kan bertepatan dengan malam jum’at
apalagi si bapak bilang kalo perjalanan ditempuh dalam waktu 1,5 jam, itu
artinya magrib kami baru sampai.
Dengan harap-harap
cemas aku menginjakkan kaki dilanting, diikuti teman-teman yang lain. Ingin
sekali aku berkata tidak jadi ikut, tapi perasaan lain mengatakan, kapan lagi
aku bisa merasakan sensasi naik lanting yang sudah lama aku inginkan. Dengan
mengucapkan bismillah, kami memulai petualangan ini. Teman-teman yang lain
sepertinya berpikiran sama denganku. Dilanting yang sebenarnya hanya cukup
untuk 5 orang, kami paksa untuk dinaiki 6 orang + 1 anak kecil. Ditambah
suasana sungai yang sepi, air sungai yang tenang tanda sungai cukup dalam, hal
ini juga terlihat ketika si bapak guide kami menancapkan tongkat kayuhnya ke
dasar sungai, terlihat ujung tongkat tinggal beberapa puluh centimeter. Ku perkirakan
panjang tongkat itu sekitar 4 meter. Kami saling berpandangan ketika melihat
kejadian itu, hiiiy… padahal diantara kami ber 7 hanya 2 orang yang bisa
berenang, yaitu bu Mega dan si bapak guide pengayuh lanting.
Indah in action |
Menit demi menit
kulalui terasa begitu lambat dan hari semakin gelap. Aku masih berzikir dan
berdoa didalam hati, sampai si Indah membuat ulah, dan mulailah suasana agak
mencair. Kami juga tidak melewatkan kesempatan ini untuk berfoto.
Pura-pura heboh, haha.. |
Pemandangan
memang sangat indah dilihat dari atas lanting, gunung-gunung dan tebing yang
tinggi, ladang (tanaman padi di lereng bukit), tanaman-tanaman di pinggir
sungai yang menjuntai, serta bulan yang sudah mulai tampak membuat takjub yang
memandang.
Azan magrib
berkumandang ketika kami masih dilanting, hari benar-benar sudah gelap ketika
lanting di dekatkan pada sebuah batang (Susunan kayu/bambu tempat warga
setempat mandi di sungai). Ketika kaki
kanan menyentuh tanah, lega lah perasaanku.
Andai saja
petualangan itu dilakukan pagi hari plus pakai pelampung, mungkin perasaan kami
tidak akan setakut ini dan pasti akan sangat exited. Tapi tak apalah, yang
penting sudah tidak penasaran lagi dengan yang namanya belanting di Loksado :D. Dipinggir
jalan sudah menunggu teman-teman yang tadi mengantar.
Sampai di kamar
kami mengantri mandi. Setelah mandi, di lanjut sholat magrib terus makan malam
di kantin. Seteah makan kami ganti pakaian lagi, pakaian yang tadi sinag
dipakai belanting karena kami akan mencoba sensasi mandi di kolam air panas. Baru
ujung kaki ku masukkan ke air, sensasi panasnya sangat terasa. Aku perkirakan
air panas itu bersuhu sekitar 60 derajat. Sangat panas, aku hampir tidak tahan.
Namun karena melihat teman-teman berendam seluruh badan, maka aku pun
mencobanya, apalagi mereka seperti manas-manasiku karena dari tadi hanya kaki
yang berendam.
Aku kan panasan,
masa mereka bisa aku tidak? Akhirnya, nyemplung lah aku seluruh badan, haha..
panas panas segerrrrr..
Setengah jam
berendam sudah ada yang pusing. Malam juga sudah larut dan kami sudahi acara
berendam malam itu. Lagi-lagi kami ber 5 harus mengantri mandi dan seperti
biasa akulah yang terakhir karena aku tidak mau bercampur dengan teman-teman
yang lain, maklum, masih original.
Selesai ritual
mandi dilanjutkan sholat isya dan kemudian tidur dengan posisi
berdempet-dempetan karena ranjangnya cuma satu sedangkan jumlah pesertanya ada
6 orang, hahaha.. tapi seru. Perajalan kali ini benar-benar seru karena
menjalin keakraban antara teman satu kantor.
Hari masih
gelap, sehabis sholat subuh, diluar sudah terdengar suara bising dari tape
mobil yang memutar lagu dangdut koplo, haha,, siapa lagi kalo bukan pak Dirman.
Dia sengaja membunyikannya nyaring agar kami semua bangun dan keluar untuk
senam. Bapak-bapak yang lain ikut kumpul diluar sambil ngopi. Aku dan yang lain
lebih pilih berkemas, agar nanti tidak ada yang ketinggalan.
Setelah semua
rapi, kami juga keluar untuk jalan-jalan dan berfoto kenang-kenangan di depan.
Sebagian juga ada yang mencari-cari sinyal hp agar bisa berkomunikasi dengan
keluarga. Maklumlah, ini kan gunung, jadi sinyal hp antara ada dan tiada.
Mampir lagi liat pemandangan yang indah selagi kabut belum hilang |
Sekitar jam 7
pagi kami meninggalkan cottage menuju pasar Kandangan untuk sarapan. Usai
sarapan perjalanan dilanjut ke Pasar Martapura mencari sedikit oleh-oleh lalu
lanjut ke Pelaihari. Sekitar pukul 4 sore aku tiba di rumah.
Alhamdulillah,
pejalanan telah usai. Sangat menegangkan, cukup melelahkan dan lumayan seru.
Next trip ke Kotabaru lagi. Samber Gelap, I’m coming^^.