Pages

Assalamualaikum... Selamat datang di duniaku, enjoy my blog

Kamis, 07 Agustus 2014

Dan B itu bukanlah aku

 “Aku hanya akan menyentuh bidadari, jika kamu mengijinkan”
Aku menatap layar HP. Dia selalu bisa membuatku tersenyum.
“Cukuplah kamu untukku” Pria ini kembali mengeluarkan kalimat romantisnya.
+++
Begitulah hari-hari yang kulalui satu tahun terakhir. Siang malam diliputi kebahagiaan, memiliki Seorang suami yang sangat menyayangiku.
Namaku Ninda Syaifitri terlahir dari keluarga sederhana 30 tahun yang lalu.
Kami berkenalan secara tidak sengaja disebuah meeting. Entah sejak kapan dia memperhatikanku, namun selama ini aku kira dia hanya main-main. Tapi lama-kelamaan dia berkata serius menyukaiku dan ingin segera melamarku.
Namanya Abimanyu, terlahir lima tahun lebih muda dariku.
Ketika aku mengetahui perbedaan umur ini, aku sedikit ragu, tapi ternyata itu hanya ada dipikiranku. Keinginan kami untuk menikah disambut hangat keluargaku juga keluarganya. Hanya tiga bulan berselang semenjak perkenalan dan dua bulan persiapan, penikahan kami pun berlangsung. Sebuah cincin emas putih serta seperangkat alat sholat menjadi pelengkap kebahagiaan kami.
Hari-hari selanjutnya adalah hari-hari terindah kami.
+++
“Nda..” Katanya suatu hari, “Pas aku beli sepeda motor ini, aku nggak tau kenapa aku memilih ini, padahal aku tidak tinggal disini” Pria ini berbicara sambil tersenyum disampingku.
“Lalu?” tanyaku penasaran.
“Sekarang aku baru tau Nda, ternyata aku akan menemukan bidadariku di kota ini, kota yang Plat Nomor kendaraannya B” jawabnya dengan senyum yang sangat manis.
+++
“Nda...” Sebuah sms kuterima.
“Ya..” jawabku malas.
“Nama kamu Ninda, aku biasa memanggilmu “Nda”, mulai sekarang kata itu bukan lagi berarti “Ninda” melainkan “Bunda”.
“Terserah kamu saja” jawabku ringan.
“Dan kamu tak apa memanggilku dengan “Abi”, karena “Abi” disini kita artikan sebagai ayah, kamu setuju kan?” tanyanya lagi.
“Iya, aku setuju”.
+++
“Nda..” Satu sms di kali berikutnya.
“Hmm..”
“Kamu percaya ga kalo kita memang berjodoh?”
“Kenapa?”
“Iya Nda, soalnya nama kita saja panggilannya sudah berpasangan, Nda.. Bunda berarti ibu dan Abi berarti ayah”
“Oh ya..”
“Satu lagi Nda, kesamaan tanggal lahir ayah kita. Bukankah ini merupakan tanda bahwa kita memang benar-benar berjodoh?”.
Belakangan kami memang sangat terkejut karena mengetahui kesamaan tanggal, bulan dan tahun lahir kedua ayah kami. Bahkan watak dan hobi mereka pun sangat mirip.
“Iya Abi, semoga saja ini pertanda bahwa kita akan selalu bersama” Jawabku, kali ini dengan penuh harap.
+++
Suatu hari, aku pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan tanpa sepengetahuan Abi. Reservasi hotel dilakukan teman atas namaku.
“Halo, dengan mbak Ninda?” tanya orang diseberang sana.
“Iya benar” Jawabku.
“Mbak Ninda pesan kamar dihotel kami?” ternyata telepon dari resepsionis hotel tempat kami akan menginap besok malam di Jakarta.
“Iya mas” Jawabku singkat.
“Berapa kamar mbak dan untuk berapa orang?”
“Dua kamar mas untuk tiga orang, dua cewek dan satu cowok”
“Oke, satu kamar atas nama mbak Ninda, satu kamar lagi atas nama pak Abi ya?”
“Enggak mas, atas nama pak Joni” Jawabku bingung.
Dan betapa bahagianya, ketika subuh-subuh sebuah ketukan mengejutkanku. ternyata Abi juga sedang berada di sana, di kota yang sama, hotel yanga sama, lantai yang sama dan dia berapa dikamar yang persis bersebelahan dengan kamarku. Malam itu kami hanya dipisahkan oleh tembok kamar. Abi selalu menyebut hal seperti ini dengan “jodoh”.
+++
Pernah suatu ketika dia mengajakku ke kampus tempat kuliahnya dulu. Kampus yang sangat sangat berngengsi dizamanku.
“Kata teman-teman, disinilah tempat kuliah anak-anak pilihan” Kataku menatap puncak gedung dihadapan kami.
“Dan salah satunya adalah calon suamimu ini” Ucapnya sambil menoleh kepadaku.
Senyumnya indah banget, sebuah senyum kemenangan yang menyiratkan bahwa aku layak bangga padanya.
+++
“Mbak Ninda, tunggu sebentar ya, Auditornya masih sibuk semua, silakan duduk dulu” Sapa ramah  pak Joko yang menyambutku.
“Iya, makasih pak” ucapku disertai senyum seadanya.
Pikiranku tertuju pada pemandangan persis di sebelah kanan ku berdiri. Apa yang aku lihat telah membuat dadaku sesak dan seluruh sendi kakiku kaku. Seorang wanita muda sedang duduk didepan meja Abi. Wanita itu asyik dengan HP ditangannya tanpa memperdulikan orang-orang disekeliling. Abi juga sedang sibuk, matanya turun naik kebawah bergantian memperhatikan kertas diatas meja serta layar komputernya. Saking sibuknya, sehingga sepertinya Abi tidak sadar akan kehadiranku.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 13.30 wita, aku ijin ke mushola untuk menunaikan sholat zuhur. Didepan mushola Abi sudah menunggu, menyuruhku bersegera berwudhu. Dia menungguku untuk sholat berjamaah di mushola yang sudah mulai kosong. Ketika akan mengambil mukena, ternyata ada orang lain disana yang telah siap dengan mukenanya. Aku penasaran dan mencoba berbincang ringan dengannya. Dia ramah sehingga aku nyaman untuk menanyakan beberapa hal yang membuatku penasaran. Dari situ aku tau ternyata dia adalah adik kelas dari adik-adikku yang artinya dia lebih muda sepuluh tahun dariku dan kami tinggal dikota yang sama.
“Ehm..”
Tiba-tiba terdengar suara Abi berdehem, tanda bahwa dia telah siap untuk sholat. Aku, tepatnya kami berdua langsung paham dengan isyarat itu dan seketika menutup mulut lalu mengikuti Abi mengangkat takbir.
Pulang kantor aku langsung kerumah Dian. Kuceritakan semua yang kualami hari ini padanya. Dadaku semakin sesak, tak terasa air mataku mengalir.
“Nda.. ikhlaskan Abi. Pasti ada laki-laki lain yang lebih baik untukmu” Ucap Dian mencoba menghiburku.
“Tapi aku ga bisa Dian" Jawabku terbata.
“Ninda, aku tahu ini berat buat kamu, tapi kamu harus realistis, hubungan kalian terpisah jarak umur yang belum bisa diterima oleh orang tua Abi. Sadarlah Nda, kita hidup didunia nyata”.
Tiba-tiba kepalaku terasa sangat berat. Aku tersadar, bahwa pernikahan itu hanya ada dalam khayalanku.
+++
“Nda, bangun” Suara Dian membuyarkan lamunanku pagi itu. “Kamu harus segera ke kantor”.
Bergegas ku berdiri, bercermin. Dua mata yang sembab, hidung yang merah serta rambut yang acak-acakan. Ingin sekali aku menghilang dari dunai ini, namun itu tidak mungkin.. Inilah kenyataan yang harus kuhadapi. Tiga bulan setelah pernikahanmu, baru tadi malam aku mengetahui bahwa wanita itu lah yang menjadi isterimu kini, dia yang tinggal satu kota denganku.

Abi, ternyata B itu bukan aku..

0 komentar :